Senin, 24 September 2012

Islam di hina, para hacker pun beraksi

Iran (Teheran) - Sebuah komunitas hacker asal Iran meretas ratusan situs yang berbasis di Israel. Serangan hacker ini dilancarkan sebagai bentuk protes terhadap film anti-Islam Innocence of Muslims atas penghinaan pada Nabi oleh media barat.

Komunitas yang mengatasnamakan diri sebagai The DataCoders Security Team itu menyatakan telah meretas sekitar 370 situs komersial, pertahanan, ekonomi, dan provider internet Israel. Di antara situs-situs strategis yang diretas adalah suplier dan importir produk-produk sistem pertahan, Ono Security.

Selain itu, tim juga meretas Israel Special Security Project (ISSP) dan Teva Bank. Innocence of Muslims yang diproduksi di Amerika Serikat diduga didanai oleh donatur-donatur Zionis Israel.

Produser film, Sam Bacile, mengaku dirinya mendapatkan dana sekitar lima juta dolar AS dari para donatur tersebut.

Minggu, 16 September 2012

Israel Penjarakan Imam Masjid dari Palestina 48


































Pengadilan Zionis Israel memvonis penjata seorang imam masjid dari wilayah Palestina terjajah sejak tahun 1948, setelah didakwa melakukan “provokasi atas praktek-praktek kekerasan dan teror”.

Pengadilan Zionis-Israel memvonis hukuman penjara tiga tahun terhadap Syeikh Nadzim Abu Shalah, imam masjid Shihabuddin di kota Nazaret dan salah seorang tokoh agama Islam terkenal di kota tersebut.

Berdasarkan dakwaan yang dibuat oleh jaksa penuntut Israel, Abu Shalah dituduh melakukan “pelanggaran sangat serius”. Di antaranya adalah “memanfaatkan tokoh terkenal untuk melakukan provokasi kekerasan dan mendorong melakukan aksi-aksi terorisme serta mendukung organisasi-organisasi terorisme,” demikian dikutip Pusat Informasi Palestina.
Jaksa mendakwa imam masjid Shihabuddin itu sebagai pendukung kelompok Al-Qaidah dan gerakan Taliban di Afghanistan. Hal itu nampak jelas pengaruhnya pada para pengikutnya yang mendirikan dua sel, yang salah satunya melakukan pembunuhan atas seorang sopir Zionis Israel.*

Sumber : Hidayatullah.com--

Aliran Sesat LADUNI di Aceh

Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat, menjelang tengah malam, Selasa (4/9/2012) memandu pengucapan dua kalimah syahadat terhadap lima anggota jamaah Laduni yang dianggap telah melakukan praktik menyimpang dari ajaran Islam.

Prosesi pensyahadatan kelima anggota jamaah Laduni tersebut berlangsung di Mapolres Aceh Barat, Jalan Swadaya, Meulaboh dipimpin Ketua MPU Aceh Barat, Tgk Abdurrani.

Mereka di-Islamkan kembali oleh para ulama Kabupaten Aceh Barat karena dianggap sesat.

Kelima anggota jamaah yang disyahadatkan itu masing-masing Bahtiar (31) warga Desa Meunasah Rambot bersama empat rekannya, yaitu Aji (31), Jhon (27), Zulfikar (39), dan Zulkarnen (39) yang tercatat sebagai warga Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI.

Proses pensyahadatan ikut disaksikan sejumlah ulama seperti Tgk H Mustafa Habli, Abu H Mahmudin, Kapolres Aceh Barat AKBP Artanto, Dandim 0105 Letkol Arm Deny Azhar Rizaldi, Kakankemenag Drs HM Arif Idris, Kadis Syariat Islam Zainuddin, Kasatpol PP WH Drs John Aswir, dan wartawan.

Usai pensyahadatan, kelima anggota jamaah Laduni yang dianggap sesat itu menangis sesunggukan. Padahal sebelumnya dengan lantang menantang ulama dan tokoh agama Aceh Barat untuk memperdebatkan ajaran yang mereka ikuti selama ini.

Dalam rangkaian kegiatan dialog, Pimpinan Jamaah Laduni Tgk Alwin ZZ bersama Wakilnya Tgk Zulbaidi mewakili seluruh anggota jamaah mereka menandatangani surat pernyataan di atas materai.

Surat pernyataan itu berisi empat poin. Pertama; sehubungan dengan pengakuan saudara Bahtiar kepada Muspika Kaway XVI pada Jumat sore 31 Agustus 2012 pukul 16.30 WIB di Masjid Gampong Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, tentang tidak wajibnya salat Jumat, tidak wajib salat lima waktu, itu sama sekali tidak benar.

Kedua; pernyataan yang menyatakan bahwa Iman Mahdi adalah sebagai nabi hakiki tidak benar, yang benar adalah Nabi Muhammad SAW. Ketiga; jamaah Laduni berjanji tidak lagi mengulangi perkataan/ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dianggap melenceng/sesat dari ajaran Islam. Keempat; jamaah Laduni berjanji apabila mengulangi perbuatan itu maka mereka bersedia dituntut sesuai aturan agama Islam dan aturan negara Republik Indonesia.

Pernyataan yang juga ikut diteken oleh Ketua MPU Aceh Barat Tgk Abdurrani bersama Tgk H Mahmuddin dan Kepala Dinas Syariat Islam Drs Zainuddin tersebut dibacakan di forum dialog termasuk didengarkan oleh pengunjung.

Meski lima orang anggota jamaah tersebut sudah disyahadatkan kembali, namun nasib 15 rekan mereka yang kini masih diamankan di Mapolres Aceh Barat belum ada kejelasan, apakah juga akan disyahadatkan ulang atau tidak.

Para pengikut aliran Laduni sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa shalat lima waktu tidak wajib.

Pertemuan antara ulama dan para pengikut aliran sesat tersebut sempat diwarnai kericuhan. Warga Meulaboh mendatangi mapolres untuk menghakimi para pengikut Laduni.

Tidak hanya di luar mapolres, para ulama dan pengikut Laduni pun sempat bersitegang. Mereka sebelumnya tetap menganggap ajarannya benar. Namun, mereka tidak berkutik setelah para ulama menerangkan dalil bahwa apa yang mereka fahami salah dan menyesatkan. Mereka pun bersedia di-Islamkan kembali.

Setelah pengucapan syahadat, MPU akan memberi pembinaan agar mereka tidak kembali ke ajaran sesat. Selain itu, MPU juga memberi penjelasan kepada warga untuk kembali menerima para pengikut Laduni sehingga kekerasan seperti terjadi di Sampang, Jawa Timur, tidak terjadi di Meulaboh.

Kapolres Aceh Barat, AKBP Artanto, mengatakan, meski sudah di-Islamkan, polisi tetap memberi pengamanan kepada para pengikut Laduni guna menghindari hal tidak diinginkan pascakerusuhan, Selasa, 4 September kemarin.(fq/tribun/okezone)

Metro TV Media Propaganda

Jakarta – KabarNet: Dalam salah satu tayangannya, Metro TV menyebut bahwa organisasi Rohani Islam (Rohis) sebagai sarang teroris. Tayangan ini pun menuai kecaman. Para aktivis Rohis atau Rohaniwan Islam yang secara tidak langsung dituduh sebagai sumber perekrutan teroris muda menyatakan bahwa info yang disampaikan metro TV tersebut adalah fitnah. Forum Komunikasi Alumni Rohis (FKAR) meminta Metro TV meminta maaf atas hal tersebut.

“Kami menuntut Metro TV untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia terutama adik-adik ROHIS karena telah memberitakan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris. Metro TV juga harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Jika tetap mengulanginya, kami menuntut Metro TV agar dicabut hak siarnya karena melakukan keresahan dan pembohongan publik. Tidak layak menjadi lembaga penyiaran”. Demikian ungkap FKAR seperti dikutip kiblatindonesia, Sabtu, (15/09/2012).
FKAR meminta Metro TV untuk tidak mengulangi penyebutan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris. Jika mengulanginya, FKAR akan tuntut Metro TV. “Supaya dicabut hak siarnya karena melakukan keresahan dan pembohongan publik. Tidak layak menjadi lembaga penyiaran.”
Protes terhadap Metro TV di Twitter pun datang bertubi-tubi karena kebanyakan aktivis dakwah muda merupakan jebolan Rohis. Ustadz Akmal Sjafril, aktifis dakwah yang concern dalam bidang Ghazwul Fikr menyatakan bahwa tudingan seperti itu adalah hal wajar. “Nasib para ulama, kyai, santri, dan mujahid memang selalu begitu. Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa mereka. Mereka ini tidak perlu diajari nasionalisme, tidak perlu diajari Pancasila, tapi kalau penjajah datang, langsung siap berjihad. Setelah Indonesia merdeka pun pengakuan kedaulatan datang dari para ulama dan mujahid di Timur Tengah. Tapi setelah kondisi stabil, selalu saja orang sekuler yang sok-sokan, seolah-olah mereka paling berjasa pada negeri ini,” katanya.
Ia menganggap bahwa tudingan bahwa Rohis adalah sarang teroris merupakan modus rezim terdahulu yang diikuti oleh media massa sekuler sekarang. “Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel disusupkan di mana-mana, mau pengajian saja susah, mau khutbah saja mesti laporan. Sekarang, Rohis dituduh teroris pula. Ada Rohis saja kondisi pemuda bangsa ini sudah awut-awutan. Mau jadi apa bangsa ini kalau tidak ada Rohis?”
Sebelumnya Metro TV menampilkan tayangan mengenai pola rekrutmen teroris muda. Dalam tayangan tersebut, Metro TV menyebut bahwa sasaran rekrutmen teroris muda dari siswa SMP dan SMA di sekolah umum. Mereka yang masuk target rekrutmen adalah siswa yang masuk organisasi di masjid-masjid sekolah. Siswa yang tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah.
Namun dalam akun Twitter Metro TV, menyebut tayangannya tersebut bersumber dari penelitian ilmiah Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr. Bambang Pranowo dari UIN Jakarta. Metro TV juga membantah telah menyebut bahwa Rohis sebagai sarang teroris. [KbrNet/Salam]

Kumpulan foto FORMAT ACEH

LAMBADA MOSQUEDARUL MAKMUR MOSQUEKRUENG ACEHPANTE PIRAK

" Mari Kita Ambil Pelajaran dari Mushibah terbesar di Bumi Serambi Mekkah tercinta, Tsunami 2004 "