Rabu, 29 Agustus 2007

Rebecca Sakit Hati Manggung di Aceh

by santri gagal » Wed Aug 29, 2007 6:42 am
Rebecca Sakit Hati Manggung di Aceh
http://www.m3-access.com/lifestyle/music/822432.html



Insiden selendang jatuh di Aceh membuat Rebecca shock. Pengalaman pertamanya manggung di Aceh pun meninggalkan rasa sakit hati dan kecewa.

Dituturkan Rebecca 25 Agustus 2007 lalu, ia diundang sebuah event organizer untuk tampil di Aceh. Selain Becca -demikian ia biasa disapa- juga ada Nidji dan beberapa band lain. Becca pun mematuhi aturan di Aceh, tampil dengan kepala bertutupkan selendang. Namun aksinya di Lapangan PKA Banda Aceh ternodai sebuah insiden.

"Waktu manggung ada yang protes. Kita nggak boleh manggung karena selendang aku waktu itu jatuh ketiup angin," ungkap Becca dalam jumpa pers di Night Light, Jl Kemang Selatan, Jakarta Selatan, Senin (27/8/2007) malam.

Di atas panggung Becca sempat membawakan lima lagu. Sebelum akhirnya aksi protes berlanjut ke hotel tempat ia menginap. "Sebenarnya bukan diteror cuma ada beberapa masyarakat yang protes. Mereka minta aku nggak manggung. Alasannya mungkin karena aku non Islam," aku dara kelahiran 21 Februari 1985 itu.

Atas alasan kemanan, pihak manajemen Becca pun memulangkannya ke Jakarta. Pihak event organizer yang mengundangnya tampil di Aceh pun lepas tanggungjawab. "Aku shock banget. Aku sakit hati kita bayarin semua. Kita banyak pengeluaran. Kecewa karena aku bayar banyak. Kaya aku kerja tiap hari orang ngambil gitu aja hasil kerja keras aku," tukasnya dengan nada emosi.

Hal serupa juga dialami oleh grup 'Nidji'. Menurut Becca, keesokan harinya Nidji tak diperbolehkan naik panggung. Alasannya, pria dan perempuan berbaur jadi satu di konser tersebut.

Selasa, 28 Agustus 2007

Izin Konser Nidji di Banda Aceh Dicabut

Personil Band Nidji




Headline News / Nusantara / Selasa, 28 Agustus 2007 04:04 WIB

Metrotvnews.com, Banda Aceh: Sejumlah personel group band Nidji dan beberapa orang kru harus menginap di Kantor Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Banda Aceh untuk memohon perlindungan keamanan. Mereka berlindung di kantor polisi untuk menghindari terjadinya aksi anarkis setelah konser group band tersebut gagal digelar.

Group band Nidji sedianya akan menggelar konser musik di Taman Sri Ratu Safiatuddin, Banda Aceh. Sekitar 3.000 tiket bahkan telah habis terjual. Namun, izin konser Nidji akhirnya dicabut Majelis Perwakilan Ulama atas desakan sejumlah ormas Islam, seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam Indonesia dan Badan Anti Maksiat.

Ketua Majelis Ulama Kota Banda Aceh Tengku Bardad menyatakan, pencabutan izin konser Nidji dilakukan untuk menghindari terjadinya bentrokan antarwarga di lokasi konser. Sebab, sejumlah ormas yang mengecam penyelenggaraan konser tersebut telah mengancam akan membubarkan paksa pelaksanaan konser jika konser tetap diadakan.(DOR)

Minggu, 26 Agustus 2007

Konser Nidji di NAD Dinilai Langgar Syariat Islam

Banda Aceh, 28 Agustus 2007 08:46
Badan Anti Maksiat (BAM) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) meminta Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh segera mengevaluasi rekomendasinya terhadap penyelenggaraan konser Nidji di daerah itu.

"Kami minta MPU segera mengevaluasi rekomendasi konser Nidji di Banda Aceh yang tidak sesuai dengan syariat Islam," kata ketua BAM NAD Fakhruddin Bin Asyimi di Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, konser Nidji yang diselenggarakan 25-26 Agustus 2007 di Taman Ratu Safiatuddin itu dinilai sangat rawan akan terjadinya berbagai pelanggaran dan bertentangan dengan syariat Islam.

"Rekomendasi untuk penyelenggaraan konser Nidji di Banda Aceh adalah sebuah kesalahan terbesar dan sangat memalukan serta mencoreng nilai-nilai syariat Islam yang selama ini diterapkan semua elemen masyarakat di Aceh," tegasnya.

Dalam penyelenggaraan konser, katanya, banyak ditemukan berbagai pelanggaran antara lain pencampuran tempat duduk antara laki-laki dan perempuan, busana yang tidak Islami serta adanya pengunjung yang berciuman di area konser.

"Kami minta panitia pelaksanaan konser Nidji segera membubarkan acara tersebut, sehingga berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran syariat dapat dihindari," ujarnya.

Untuk itu, katanya, BAM nantinya akan melakukan koordinasi dengan Poltabes, Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh untuk mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga nilai-nilai Syariat Islam di Aceh tetap terjaga dengan baik. [EL, Ant]

Sabtu, 25 Agustus 2007

Nidji Menginap Di Poltabes Banda Aceh.

Grup band Nidji Minggu malam 26 Agustus terpaksa menginap di Poltabes Banda Aceh, terkait dilarangnya konser yang sedianya digelar di Komplek Taman Ratu Syafiatudin, Banda Aceh.

Berdasarkan informasi dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) ormas-ormas Islam, seperti Dinas Syariat Islam, FPI, HMI, Badan Anti Maksiat (BAM), dan PII, pihak organisasi masyarakat ini meminta agar izin konser dicabut. Hal ini di nilai karena tidak ada pemisahan lelaki dan perempuan, yang dikhawatirkan akan memicu terjadinya tindakan mesum. Demikian dikatakan Fakhruddin, ketua Badan Anti Maksiat.

“Sebagaimana permintaan Ormas-ormas Islam, bahwasanya kita menolak kegiatan-kegiatan seperti itu, jelas itu bermaksiat, apalagi saat ini kita mau menyambut bulan suci Ramadhan,. Tidak hanya Nidji, tapi juga Konser Too Phat yang diadakan di Taman Budaya, kita juga tidak setuju dengan hal itu yang didukung oleh Ulama-Ulama, Santri Dayah, itu semua menolak, bahkan mengecam dan mengutuk aksi seperti ini”, ungkap nya kepada Redaksi Nikoya FM Senin (27/08).

Sementara pihak Panitia Pelaksana Bunga Entertainment, Dian mengaku akan mengajukan gugatan kepada Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) yang mencabut izin konser secara sepihak, setelah memberikan izin sebelumnya. Dian mengaku jauh-hari sudah mengajukan rekomendasi izin kepada pihak terkait dan sudah mendapatkan persetujuan. Akan tetapi pihak MPU kembali mencabut izin tersebut.

“Masyarakat juga kecewa, karena kita sudah prepare, sudah wawancara, dan mereka sudah melihat bahwa ada Nidji di sini, saya pegang izin, saya mengurus izin dua minggu sebelum acara. Saya urus semua izin semua dari Kelurahan, dari Kecamatan, dari Polsek, Poltabes, jadi yang saya sesalkan disini hanya keadilan”, jelasnya dengan wajah penuh kekecewaan.

Bunga Entertainment akan mengajukan gugatan terkait pencabutan izin mendadak ini. Menurut jadwal, personil Band Nidji yang sudah tiba sejak hari Sabtu 25 Agustus lalu, dijadwalkan tampil Minggu malam 26 agustus. Namun karena dibatalkan dan khawatir dengan amukan massa, maka Grup Band Nidji, dan Bunga Entertainment meminta perlindungan ke Poltabes Banda Aceh.(Deni Zulfikar)

BAM Aceh Minta MPU Evaluasi Rekomendasi Konser Nidji

Banda Aceh (ANTARA News) - Badan Anti Maksiat (BAM) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) meminta Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh segera mengevaluasi rekomendasinya terhadap penyelenggaraan konser Nidji di daerah itu.

"Kami minta MPU segera mengevaluasi rekomendasi konser Nidji di Banda Aceh yang tidak sesuai dengan syariat Islam," kata ketua BAM NAD Fakhruddin Bin Asyimi di Banda Aceh, Minggu.

Menurut dia, konser Nidji yang diselenggarakan 25-26 Agustus 2007 di Taman Ratu Safiatuddin itu dinilai sangat rawan akan terjadinya berbagai pelanggaran dan bertentangan dengan syariat Islam.

"Rekomendasi untuk penyelenggaraan konser Nidji di Banda Aceh adalah sebuah kesalahan terbesar dan sangat memalukan serta mencoreng nilai-nilai syariat Islam yang selama ini diterapkan semua elemen masyarakat di Aceh," tegasnya.

Dalam penyelenggaraan konser, katanya, banyak ditemukan berbagai pelanggaran antara lain pencampuran tempat duduk antara laki-laki dan perempuan, busana yang tidak Islami serta adanya pengunjung yang berciuman di area konser.

"Kami minta panitia pelaksanaan konser Nidji segera membubarkan acara tersebut, sehingga berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran syariat dapat dihindari," ujarnya.

Untuk itu, katanya, BAM nantinya akan melakukan koordinasi dengan Poltabes, Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh untuk mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga nilai-nilai Syariat Islam di Aceh tetap terjaga dengan baik. (*)

Editor: Priyambodo RH